Berbagi Pengetahuan, Pengalaman dan Belajar Bersama Budidaya Lebah penghasil madu tanpa sengat (stingless bee) dari genus Trigona yang di Pulau Kalimantan dikenal dengan nama Lebah Kelulut.
Senin, 18 Mei 2020
Sama-Sama Kelulut Namun Berbeda Jenis
Pada tahun 2019 yang lalu, Tim Peneliti dari akademisi Kelulut Malaysia yang diketuai Abu Hasan Jalil berkunjung ke beberapa lokasi peternak kelulut yang ada di Kalimantan Selatan. Di akhir kunjungan beliau membeli 1 liter madu kelulut dari jenis Tetragonula Fuscobalteata seharga Rp 2.000.000,- dari salah satu peternak kelulut di Kalimantan Selatan. Meski harga tersebut sudah cukup mencengangkan namun menurut beliau harga ini masih termasuk wajar karena apabila madu Fusco ini sudah masuk ke Jepang maka akan bernilai Rp 10.000.000,-.
Menurut pa Fathurrahman, pembudidaya kelulut Itama dan Fusco di Kota Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan, Madu Fusco menjadi sangat bernilai karena baik cita rasa, tekstur hingga khasiatnya lebih unggul ketimbang madu kelulut lainnya. Dari segi rasa madu fusco sepenuhnya manis berbeda dengan rasa madu kululut pada umumnya yang asam segar. Tekstur madunyapun sangat kental alami meski tanpa proses pengurangan kadar air madu (dehuminisasi). Madu kelulut fusco ini bahkan diakui lebih unggul dari madu kelulut lainnya. Namun demikian, madu yang dihasilkan dari fusco ini sangat sedikit per koloninya. Harap maklum, Fuscobalteata merupakan salah satu kelulut terkecil dibandingkan kelulut lainnya.
Jenis kelulut kecil lainnya ada laeviceps, meski tidak sekecil fusco namun madu yang dihasilkan tidak sebanyak jenis Itama. Harga madunyapun standar sebagaimana madu kelulut lainnya. Namun kelebihan jenis ini terkenal dengan produsen propolis yang produktif. Jadi pembudidaya laeviceps selain memanen madu juga bisa menjual propolis yang bernilai jual tinggi. Ekstrak propolis cair dalam botol tetes 10 ml saja dijual di apotik-apotik harganya bisa mencapai ratusan ribu. Selain itu laeviceps memiliki daya adaptasi tinggi dan mudah displit (dikembangbiakkan) sebagian besar berhasil.
Berbeda dengan laevicep, kelulut jenis Itama unggul dalam produksi madu. Itama juga menghasilkan propolis namun pembudidaya kebanyakan enggan menjual propolisnya karena harus mengiris sisiran pot madu dari sarang itama. Ini membuat Itama harus membuat ulang pot madu dengan propolis baru sehingga memperlambat produksi madu. Oleh karena itu pembudidaya itama biasanya lebih fokus ke produksi madu saja karena dari sana saja sudah bisa mendapat untung yang besar.
Banyak lagi jenis kelulut lainnya yang tersebar di Indonesia. Beda daerah, beda jenis kelulut, beda pula karakteristiknya. Sangat menarik apabila kita bisa mempelajarinya. Terdapat 600 species kelulut yang tersebar di seluruh dunia. Indonesia sendiri memiliki 37 species yang tersebar di seluruh tanah air (sumber majalah Trubus).
Di tiap daerah ditemukan jenis kelulut yang berbeda-beda, ada insica, nitidiventris, moorei, terminata, Thoracica, drescheri, Biroi, dan lainnya. Untuk memelihara kelulut, sumber bibit berasal juga perlu diketahui. Bibit lokal hampir pasti mudah beradaptasi di lingkungan dimana ia akan diternakkan. Siapa tahu bibit lokal tersebut juga memiliki kelebihan lainnya seperti jenis fuscobalteata di awal tulisan kami.
Disusun Oleh Ahmad Ridha
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar